Selamat berbelanja Login | Register

Kenali Fase Posesif Pada Anak

26 Desember 2017   Trend


My and mine, alias « aku dan punyaku » adalah beberapa kata yang akan mulai muncul saat si kecil berusia 18 bulan. Meski bukan kata pertamanya, namun si kecil dapat menyebut sebuah benda sebagai miliknya dengan berkata : bolaku, anjingku, gelasku, dan lain sebagainya. Saat ia tumbuh lebih dewasa ia akan dapat membedakan mana yang diinginkan dan mana yang dibutuhkan. Tapi pada saat ini, yang si kecil tau semua adalah kepunyaannya, semua yang ia inginkan. Mereka cenderung sangat posesif terhadap hal-hal di sekitar mereka. Ini memang masanya, dan hal ini merupakan sesuatu yang wajar.

Penelitian menyebutkan bagi anak usia 2-4 hak kepemilikan adalah segalanya, ia cenderung percaya jika ia orang pertama yang menyentuh sebuah benda, misalnya mainan, maka mainan itu adalah kepunyaannya. Tak heran jika anak lain berusaha mengambil atau menyentuh, ia akan marah dan akhirnya menangis karena berebut benda/mainan. Pada umur ini anak juga belajar tentang eksistensi diri. Saat ia melihat bayangan dirinya di cermin, ia berasumsi yang dilihatnya adalah orang lain atau teman baru. Namun seiring pertambahan usia, ia tahu kalau yang dilihatnya adalah dirinya sendiri.

Anak-anak terkadang masih bingung menentukan mana kepunyaannya dan mana yang bukan. Oleh karena itu Mom sebagai orang tua dapat mulai menjelaskan secara eksplisit apa itu arti kepemilikan hingga mereka dapat benar-benar memahaminya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Dr. Gelman di Kentucky, ia meneliti anak usia 2-3 tahun dengan menunjukkan beberapa mainan yang hampir sama bentuknya. Salah satu dari beberapa mainan itu adalah milik si anak, sedangkan yang lain bukan. Saat mainan diacak, ia berkonsentrasi pada mainan kepunyaannya. Sehingga ketika ditanya ia dapat menunjukkan mana mainannya dan menolak mainan yang bukan kepunyaannya. Ke depannya si kecil akan lebih memahami arti kepemilikan, misalnya anak A meminjamkan boneka pada anak B, Anak A tahu boneka yang dipegang itu tetap kepunyaannya meski anak B meminjam dan bermain dengan boneka tersebut.

Jika dirangkum, tanda-tanda sifat posesif pada anak adalah sebagai berikut :

1. Anak tidak mau berbagi orangtuanya (salah satu atau kedua orangtua) atau teman favoritnya.

2. Anak tidak mau meminjamkan mainannya pada anak lain.

3. Anak bersikap posesif di tempat-tempat yang ia sukai, ia menganggap tempat itu adalah daerah kekuasaannya.

4. Anak bersikap posesif terhadap adiknya.

5. Anak suka memerintah teman-temannya.

Selain hal-hal yang disebut di atas, posesif juga dapat terjadi akibat keadaan yang sedang dialami oleh anak, seperti perceraian orang tua, pindah rumah, pindah sekolah baru, salah satu orang tua meninggal, dan kelahiran anggota baru dalam keluarga.

Fase posesif pada anak memang terkadang terasa sulit dan menjengkelkan karena berbagi bukanlah sesuatu yang natural dimiliki oleh anak. Butuh proses panjang untuk belajar dan menerima konsep ini. Banyak hal yang menyebabkan anak menjadi posesif. Para psikolog yang telah mempelajari fase ini memiliki beberapa saran untuk para orangtua dalam menghadapi sikap posesif anak.

1. Jelaskan aturan yang harus dipahami si kecil, misalnya Mom berkata pada si kecil, »mobil warna merah ini punya dedek, tapi mobil yang warna biru bukan punya dedek ». Meski usianya masih sangat muda, si kecil akan merekam penjelasan Mom dan memahami apa yang Mom ajarkan. Akan ada masanya juga saat si kecil merasa bahwa membuat temannya bahagia dengan meminjamkan mainan miliknya itu menyenangkan.

2. Ajari anak untuk mulai berbagi dimulai dari benda-benda yang banyak ia miliki, misalnya buku, crayon, mainan lego. Berbagi benda yang jumlahnya banyak akan lebih mudah bagi si kecil.

3. Si kecil berhak untuk memilih satu item atau benda yang ia rasa spesial dan tidak ingin membaginya dengan orang lain. Sama halnya dengan orang dewasa, Mom pasti marah atau tidak akan membiarkan orang asing mengambil handphone atau dompet Mom. Sama halnya dengan si kecil, ia juga dapat bersikap agresif untuk sesuatu atau barang yang ia anggap istimewa.

4. Dukung terus si kecil saat ia berusaha keras melepas rasa posesifnya dan belajar apa itu berbagi. Beri pujian saat anak berhasil melakukannya, namun jangan terlalu berlebihan.

5. Jadilah contoh nyata bagi si kecil. Biarkan si kecil melihat bagaimana Mom berbagi benda atau barang dengan teman Mom.

6. Bukan hanya mengajarinya untuk berbagi, ajari juga si kecil bagaimana meminta ijin jika ingin meminjam sesuatu dari temannya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari konflik saat dua anak ingin bermain dengan satu mainan yang sama.

7. Beri batasan waktu. Saat anak memiliki sesuatu yang spesial, seperti komputer misalnya, anak akan cenderung posesif dan tidak mengijinkan orang lain menyentuh apalagi meminjamnya. Cobalah untuk memberi time limit, misalnya setiap 1 jam sekali anak harus bergantian untuk memakai komputer.

8. Sabar terhadap anak. Ini kunci utama yang harus Mom punya. Saat Mom berhasil, maka rasa posesif pada anak perlahan akan menghilang.

9. Berikan si kecil ekstra kasih sayang. Terkadang si kecil menjadi posesif karena ia membutuhkan kasih sayang lebih dari Mom atau kedua orangtuanya, apapun fase pertumbuhan yang sedang ia hadapi sekarang. Pastikan Mom mengerti sinyal ini dan mau memberi waktu lebih untuk mendampingi si kecil, memberinya banyak cinta, senyuman, dan pelukan.

sumber: berbagai sumber